Minggu, 01 Maret 2009

kedaulatan rakyat,20 Juli 2008

PACARKU BUKAN SUPIR

Oleh Primadita Herdiani


Aku bungsu dari empat bersaudara. Kakakku ketiganya perempuan. Cantik-cantik semua. Diantara semua anak ayah ibu aku yang paling jelek. Kakakku yang pertama manis dan supel. Kakakku yang kedua pendiam. Tidak banyak omong tapi gesit sekali. Kakakku yang ketiga yang paling cantik. Putih, mulus, seksi. Selain itu ia juga cerdas, sungguh perpaduan ala putri Indonesia. Aku bungsu yang malang. Kulitku hitam legam. Wajahku pas-pasan. Aku sering merasa terbuat dari bibit ayah yang tinggal sisa-sisa. Dan rahim ibu yang buruk kondisinya. Semua yang baik dari ayah ibu telah diberikan pada ketiga kakakku. Yah inilah aku bungsu yang buruk rupa, tak punya pacar lagi.

Betapa sepinya malam mingguku. Tak ada canda tawa di teras seperti kak Rani kakak pertamaku. Atau jalan-jalan di Mall seperti kak Mei kakak keduaku, nonton film dan makan-makan berdua saja setelah jalan-jalan. Kak Nina kakakku yang secantik putri Indonesia. Asyik bertelepon mesra dengan pacarnya yang di luar negeri. Aku sendirian nonton TV dengan gelisah. Atau membolak-balik komik sewaan di kamar.

Aku juga ingin punya pacar, supaya malam mingguku tak sesepi ini. Aku ingin ada yang mendengar curahan hatiku, membelaiku, memanjakanku. Tapi tak mudah mencari pacar bagiku, selain kecantikan ketiga kakakku yang menutupi keberadaanku di keluarga ini. Ayah juga mempunyai syarat aneh buat cowok yang ingin menjadi pacar anak-anaknya.

Ayah mempunyai sebuah mobil tua. Mobil yang dibeli sebelum kak Rani lahir. Mobil tua merah marun itu sekarang teronggok di garasi. Tak bisa jalan lagi. Ayah sangat menyayangi mobil itu, bagi ayah mobil itu adalah anak pertamanya. Cowok yang ingin jadi pacar anak gadisnya, harus bisa memperbaiki mobil itu, lalu mengajak ayah jalan-jalan keliling kota dengan disetiri sendiri.

Ini syarat yang berat, karena selain harus bisa mbengkel, juga harus bisa nyupir. Ngebengkel sih gampang tinggal bawa mobil itu ke bengkel tedekat. Tapi menyupirinya yang susah. Sebab tak semua cowok bisa nyupir. Sebab dalam syarat ayah, menyupiri mobil itu tak bisa digantikan orang lain. Harus si calon pacar itu sendiri. Dan lagi tak mudah menyupiri mobil tua itu. Semua peralatannya kuno. Pacar kak Rani yang jago nyetir truk konteiner saja tak mampu membelokkan mobil itu dengan mudah. Hampir saja menabrak pagar. Tapi untunglah ia bisa lolos dari ujian ayah.

Sebenarnya saat ini aku sedang didekati Andri. Cowok satu sekolah tapi beda kelas. Ia tidak bisa nyupir. Waktu pertama ke rumah ia naik sepeda. Ayah sudah memamerkan kacak pinggangnya waktu Andri datang. Ayah sungguh tak mengerti aku. Bagiku mendapat pacar tak semudah ketiga kakakku. Giliran ada yang mau ayah pasang tampang begitu. Aku khawatir Andri tak mau datang lagi. Kalau begini cara ayah bisa-bisa aku jadi perawan tua. Aku tak kan bisa mengecap kebahagiaan bercinta di masa muda. Aku tak mau kehilangan momen indah itu.

“Ayah, mohon pengertiannya, Pacarku bukan supir.” Kutempel kertas bertuliskan kalimat itu di pintu kamar ayah.*